Kamis, 06 Oktober 2011

KEBUDAYAAN INDIS

Kebudayaan Indis
Materi 1
Andreas Anthony (11509408)
Ma'ruf Purwo Pujasera (10509666)
Rezi Dwi Saputra (16509726)
Riefa Amanda (10509254)
Rizky Fajar (16509521)

Psikologi Lintas Budaya

Pendahuluan

Kolonialisme yang dibuat oleh Belanda pada nusantara Indonesia ini menyebabkan suatu proses enkulturasi, lebih daripada itu bahkan menciptakan/melahirkan sebuah kebudayaan baru yang bercirikan kebudayaan Belanda dan pribumi Jawa kebudayaan baru yang terbentuk ini biasa dikenal orang dengan kebudayaan Indis.
Tujuh unsur universal budaya yang telah ada dalam masyarakat pribumi Jawa terpengaruh oleh kebudayaan Belanda dan terbentuk kebudayaan baru kemudian budaya tersebut mencirikan keunikkannya sendiri. Jadi dalam hal ini faktor budaya yang mempengaruhi perilaku manusia. Yang terdapat paparan mengenai kepribadian individu yang dipandang sebagai hasil bentukan sistem sosial yang didalamnya tercakup budaya

Tinjauan Pustaka
Bagaimana kita suka / tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Sikap kita berorientasi kepada respon sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap juga berorientasi kepada kesiapan respon, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap merupakan suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.
Komponen atau Struktur Sikap
Menurut Mar’at (1984):
1. Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief (kepercayaan atau keyakinan), ide, konsep yaitu persepsi, stereotipe, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu
2. Komponen Afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang misalnya menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi
3. Komponen Kognisi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku seperti ”kecenderungan” : belum berperilaku.
- Interaksi antara komponen sikap: seharusnya membentuk pola sikap yang seragam ketika dihadapkan pada objek sikap. Apabila salah satu komponen sikap tidak konsisten satu sama lain, maka akan terjadi ketidakselarasan akibatnya terjadi perubahan sikap .
Dalam hal akulturasi budaya hingga menciptakan suatu kebudayaan yang baru, maka generasi baru yang muncul mempergunakan persepinya untuk membandingkan keadaan akar budaya Belanda dan budaya pribumi Jawa, ini tidak berhenti sampai disitu saja namun terus berlanjut hingga terbentuk suatu sikap
Pembentukan Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:
1. Pengalaman pribadi
§ Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat
§ Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional
2. Kebudayaan
§ Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan
§ Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan
3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)
§ yaitu: orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus
§ Misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin
§ Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.
Hal-hal yang dipandang oleh para keturunan adalah ketidak nyamanan ketika harus menjadi salah seorang pribumi yang harus bekerja keras untuk memperoleh sesuatu, namun karena adanya kesempatan sebagai seorang keturunan Indo-Belanda maka mereka membuat dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada pribumi asli Jawa dengan memanfaatkan garis keturunan campuran, sehingga mereka tidak pernah mau untuk menyebut dirinya pribumi namun mencirikan diri mereka sendiri sebagai suatu kebudayaan baru.

Awal kehadiran orang Belanda
Pada abad ke-16, bangsa Belanda datang ke nusantara Indonesia untuk melakukan perdagangan dengan membeli rempah-rempah kepada orang-orang pribumi setempat, tapi kemudian tujuan organisasi perdagangan Belanda (VOC) berkembang. Mereka ingin menetap, yang selanjutnya digunakan pertahanan dan konsolidasi kekuatan, memonopoli perdagangan hingga menjadi penguasa terhadap seluruh nusantara. Akhir dari semunya adalah kolonialisme yang diterapkan oleh Belanda atas seluruh Indonesia (Hindia Belanda)
Politik liberal serta struktur feodal yang diberlakukan oleh Belanda mengakibatkan semakin luas dan berkembangnya perusahaan swasta, hal ini berdampak pada meningkatnya jumlah tenaga kerja (buruh dan birokrasi). Tenaga buruh yang dapat diambil dari rakyat/pribumi jelata yang tidak berpendidikan kemudian untuk tenaga birokrasi perkantoran golongan rendah dan menengah diambil dari rakyat/pribumi Indonesia (suku jawa) yang berpendidikan sekolah, sedangkan pemegang kendali –kendali perusahaan langsung dipegang oleh orang Belanda yang banyak datang ke Indonesia
Kebudayaan baru pun muncul. Karena adanya larangan bagi orang-orang Belanda untuk membawa istri atau mendatangkan perempuan Belanda ke Hindia Belanda (Indonesia). Maka daripada itu lelaki Belanda terdorong untuk menikahi penduduk setempat. Maka, terjadilah percampuran darah yang melahirkan anak-anak campuran, dan menumbuhkan budaya dan gaya hidup Belanda-pribumi yang kita sebut gaya indis. Kemudian, pada tahun 1870 ketika terusan suez dibuka, hal itu berarti memperpendek jarak tempuh antara negeri Belanda dengan Hindia Belanda, hingga menyebabakan arus kehadiran perempuan semakin banyak, kehadiran perempuan Eropa ke nusantara pun memperluas percampuran kebudayaan yang telah terbentuk.

Kebudayaan Indis
Semakin banyaknya orang-orang Belanda yang datang ke Hindia Belanda dan membentuk koloni sendiri dan selain itu mereka juga ada yang menikahi orang pribumi (jawa) membuat terjadinya proses asimilasi semakin cepat, pertemuan antara budaya Belanda dan budaya jawa disebut dengan kebudayaan indis
Kebudayaan indis merupakan fenomena historis karena menghasilkan/mempengaruhi tujuh unsur-unsur universal budaya yang telah ada dalam masyarakat pribumi jawa sebelumnya.
Masyarakat pendukung kebudayaan Indis
Kehadiran bangsa Belanda sebagai penguasa di pulau jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan, yaitu budaya barat dan timur. Kebudayaan barat (Belanda) dan kebudayaan timur (jawa) masing-masing didukung oleh etnis dan struktur sosial yang berbeda dan semakin bercampur. Sejak abad ke-18 sampai awal abad kw-20 muncul golongan sosial baru sebagai pendukung kuat kebudayaan campuran (Belanda-jawa) di daerah jajahan Hindia Belanda.
Ketujuh unsur universal yang tepengaruh budaya Belanda ialah Bahasa (lisan dan tertulis), peralatan perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi.
Misalnya perkembangan dalam bidang pendidikan dan organisasi menyebabkan modernisasi pada masyarakat Indis. Masyarakat pribumi yang berpendidikan barat menjadi terangkat martabatnya, mereka pun menjadi bersikap kooperatif terhadap Belanda. Dan hal ini menumbuhkan golongan sosial baru yang mempunyai fungsi dan status baru yang menurut Sartono Kartodirdjo dibagi kedalam lima stratifikasi yaitu (1) Elite birokrasi yang terdiri atas Pangreh Praja Eropa dan Pangreh Praja Pribumi (2) Priyayi birokrasi termasuk priyayi ningrat (3) Priyayi professional (dibagi menjadi dua ada golongan priyayi gedhe dan priyayi cilik (4) Golongan Belanda dan golongan indo yang secara formal masuk status Eropa (5) Orang kecil (wong cilik). Golongan masyarakat tersebut, kecuali wong cilik, merupakan pendukung kuat kebudayaan indis
Aspek kognitif juga ikut mempengaruhi individu masyarakat indis, jika pribumi asli jawa akan canggung dengan suasana tempat tinggal bergaya barat yang modern. Lain halnya dengan masyarakat indis, mereka memodifikasi tempat tinggal dengan sedemikian rupa, jika mereka canggung atau merasa tidak nyaman dengan suasana tempat tinggal, mereka akan hanya menyesuaikan bentuk bangunannya.
Aspek normatif menunjukan keadaan yang dianggap sebagai hal yang berharga, yang menjadi tuntutan dan tujuan untuk memperoleh hidup yang lebih baik dibawah kekuasaan pemerintahan kolonial. Sebagai contoh seorang pejabat pribumi, jika rumahnya masih bergaya jawa maka akan sulit untuk merundingkan sesuatu yang sifatnya rahasia secara face to face dalam ruangan pendapa, sedang tamu-tamu yang lain ikut hadir mengelilinginya. Oleh karena itu ia harus menyesuaikan ruangan dalam rumah agar tidak bercampur-baur.
Aspek afektif, yaitu tindakan kelompok yang menunjukan situasi. Aspek ini dikaitkan dengan aspek kehidupan berumah tangga, terutama komposisi sebuah keluarga yang tinggal dalam sebuah rumah.
Komposisi sosial. Keturunan kedua golongan masyarakat Belanda dan pribumi yang disebut indo masih tetap menganggap budaya masa lampau perlu untuk dibanggakan, karena perlu menggunakan budaya barat demi karir jabatan dan prestise dalam hidup masyarakat kolonial.
Sejak awal kehadiran bangsa Belanda telah terjadi kontak budaya yang kemudian menghasilkan perpaduan budaya. Kebudayaan campuran yang didukung oleh segolongan masyarakat Hindia Belanda itu disebut kebudayaan Indis. Dalam proses akulturasi dua kebudayaan tersebut, peran penguasa kolonial di Hindia Belanda sangat menentukan. Sementara itu, bangsa Indonesia menerima nasib sebagai bangsa terjajah serta menyesuaikan diri. Sebelum bangsa Belanda hadir, masyarakat pribumu Jawa sudah mengenal teknologi dengan cukup baik. Mereka sudah mahir mengolah bahan-bahan kayu, batu, logam dan tanah liat. Hal itu tampak dari gaya arsitektur rumah yang berelemen kayu dan bangunan candi yang berelemen batu. Bakat-bakat teknologi ini kemudian mereka padukan dengan pengetahuan dari Eropa-Belanda. Setelah terjadi proses akulturasi, mereka menghasilkan berbagai alat kelengkapan hidup seperti pakaian, arsitektur, dan alat-alat produksi bergaya Indis.

Gaya hidup masyarakat indis
Gaya hidup golongan masyarakat pendukung kebudayaan indis menunjukan perbedaan mencolok dengan kelompok-kelompok sosial lainnya, terutama dengan kelompok masyarakat tradisiona jawa. Tujuh unsur universal kebudayaan indis, seperti halnya tujuh unsur universal yang dimiliki semua bangsa, mendapatkan bentuk yang berbeda dari akar budaya Belanda ataupun budaya pribumi Jawa. Sebagai golongan penguasa dan keturunan masyarakat yang mendukung dua akar kebudayaan yang berbeda, mereka berupaya untuk menunjukan kebesarannya yang berbeda pula dengan masyarakat kebanyakan. Kehidupan sosial dan ekonomi yang rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kehidupan sosial masyarakat pribumi pada umumnya, memungkinkan mereka memiliki rumah tinggal berukuran besar yang bagus di dalam kompleks yang wilayahnya khusus pula, dalam hal ini, mereka mengacu pada lambang-lambang penguasa jawa dan kebesaran kekuasaan bangsa Eropa. selain itu mereka memulai kehidupan mewah dan boros akibat keberhasilan di bidang ekonomi melalui pengaruhnya sebagai anggota/bagian masyarakat indis. Dengan gaya hidup yang mewah itu mereka memepertahankan martabat dan kekuasaan koloninya. Kedudukan sebagai kelompok penguasa membuat masyarakat indis berupaya menjaga prestise dan kedudukanyaa melalui berbagai cara agar dapat dibedakan dengan kelompok masyarakat lainnya. Kewibawaan, kekayaan dan kebesarannya ditampilkan agar tampak lebih mewah dan agung. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan kekuasaan mereka di nusantara.

Daur hidup dan gaya hidup mewah
Daur hidup (Life cycle) adalah suatu rangkaian dalam perkembangan kehidupan seseorang untuk kembali ke status aslinya dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Dalam membahas kemewahan gaya hidup masyarakat indis yang berhubungan dengan daur hidup ada tiga peristiwa penting dalam daur kehidupan manusia yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian.
Upacara kelahiran, kelahiran anggota baru dalam keluarga indis, lazim dirayakan dengan berbagai upacara. Sebelum melahirkan keluarga sufah menyiapkan baju Rajang unruk si bayi dan juga kelengkapan persalinan dan ruang tidur. Upacara penting setelah kelahirna adalah pemberian nama dan pembaptisan. Dari keseluruhan upacara-upacara untuk menyongsong kelahiran anak tidak terlalu banyak menelan biaya.
Upacara Pernikahan. Upacara Pernikahan memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan upacara kelahiran. Kemewahan upacara perkawinan ditentukan oleh kekayaan, tingkat jabatan, serta keberuntungan kedua calon pengantin dan orangtua pengantin
Upacara kematian. Upacara daur kehidupan yang terakhir adalah upacara kematian. Upacara kematian diselanggarakan dengan mewah dan menelan banyak biaya sangat besar. Misalnya untuk upacara kenatian oejabat VOC atau pemerintah Hindia Belanda memerlukan banyak pengerahan tenaga dan pemikiran berbagai pihak. Pengerahan dilakukan oleh banyak pihak, mulai dari keluarga, rohaniawan, pejabat sipil, militer, sampai serdadu dan pemikul peti jenazah atau penggali kubur. Pada masa kejayaan VOC, upacara yang berhubungan dengan kematian seorang pejabat tinggi justru merupakan ajang pamer kemewahan, kebesaran dan kemegahan.

Kesimpulan
Kebudayaan indis adalah perpaduan antara budaya Belanda dan Indonesia (Jawa) yang mendapatkan bentuk yang berbeda dari akar budaya Belanda ataupun budaya pribumi Jawa. Hal ini disebabkan oleh karena pernikahan yang dilakukan oleh para lelaki Belanda kepada perempuan pribumi Jawa dan juga karena faktor pendidikan yang dapat diakses oleh beberapa/sebagian orang bangsa pribumi Jawa.
Masyarakat Indis tidak mau disamakan menjadi setingkat bangsa pribumi jawa yang lain namun karena mereka mempunyai akses untuk mengidentifikasi diri mereka menjadi warga eropa maka hal itu dimanfaatkan. Sehingga mereka dapat menduduki posisi setingkat diatas para pribumi jawa yang berarti juga mereka memiliki kekhususan dalam kehidupan sosial, ekonomi dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Perlahan-lahan mereka mengadopsi budaya Belanda dan jawa, memadukan dua kebudayaan, mengambil yang bermanfaat dan yang berguna bagi kelangsungan masyarakat mereka dimulai dari cara berbahasa, peralatan perlengkapan hidup, mata pencaharian hidup dam sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi. Perubahan budaya ini diawali oleh proses berpikir oleh para keturunan atau masyarakat indis yang tidak mau status sosialnya disamakan atau disederajatkan dengan pribumi lain sehingga mereka terlihat berbeda dari barbagai aspek terhadap budaya bangsa Belanda dan pribumi jawa, seperti bentuk dan fungsi rumah, mata pencaharian, dan kesenian. Jadi diantara seluruh tatanan kebudayaan Belanda dan Kebudayaan Jawa terdapat kebudayaan Indis yang menarik masyarakatnya untuk berperilaku ke Belandaan dan tetap mengakar pada budaya pribumi jawa.
Dengan demikian kebudayaan Indis merupakan produk dari pengaruh kebudayaan barat sekaligus bagian dari kebudayaan modern Indonesia.

Saran
Dilihat dari satu sisi penjajahan/kolonialime yang dibuat bangsa Belanda di nusantara ini bersifat negatif, namun jika kita membuka cakrawala pikiran kita ternyata ada sisi positif yang terbawa dari bangsa Belanda kepada bangsa Indonesia, hal itu tercakup dalam terciptanya masyarakat Indis yang berpendidikan yang lebih menghargai nilai-nilai positif suatu budaya lain.

Daftar Pustaka

Soekiman, Djoko. 2011.Kebudayaan Indis dari zaman kompeni sampai revolusi. Jakarta : komunitas bambu.