Menurut Rogers kepribadian sehat adalah orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
Peranan Positif Regards dalam kepribadian individu.
Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain.
Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini ”penghargaan positif” (positive regard).
Posotive regard, adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes dimiliki semua manusia. Setiap anak terdorong untuk mencari posive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima casi sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celan dan kurang mendapat cinta dan casi sayang. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Lima ciri orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
• Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
• Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
• Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
• Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
• Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Menurut Maslow kepribadian sehat adalah
Maslow meneliti kepribadian 46 orang, baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup. Di antara subjek penelitiannya adalah Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Albert Einstein, Eleanor Roosevelt, Goethe. Dari kalangan psikologi, yang diteliti Max Wertheimer dan Ruth Benedict.
Untuk mereka yang masih hidup, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, asosiasi bebas, dan tes proyektif. Untuk yang sudah meninggal, Maslow menggunakan teknik analisis biografi dan otobiografi.
Sebagai hasilnya, Maslow menyimpulkan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan instingtif yang mendorong untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasi diri, mengembangkan potensi yang ada sejauh mungkin. Potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis itu diaktualisasi (diwujudkan) atau tidak, tergantung pada kekuatan individual dan sosial yang memajukan atau menghambat.
Hierarki Kebutuhan
Konsep hierarki kebutuhan Maslow mengasumsikan bahwa tingkat kebutuhan yang lebih rendah dipuaskan atau relatif terpuaskan sebelum kebutuhan lebih tinggi menjadi motivator. Jadi, kebutuhan lebih rendah merupakan prepotensi bagi kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, sehingga harus dipuaskan terlebih dahulu.
Orang yang termotivasi oleh kebutuhan harga diri atau aktualisasi diri pasti telah terpuaskan kebutuhannya akan makanan, rasa aman, dan kasih sayang.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini meliputi makanan, air, oksigen, suhu tubuh teratur, dan sebagainya. Yang sangat penting untuk kelangsungan hidup, sehingga paling kuat di antara kebutuhan lainnya. Inilah satu-satunya kebutuhan yang dapat dipuaskan sedemikian rupa, sehingga seseorang dapat sangat puas, meski kebutuhan ini muncul berulang-ulang secara ajek.
Mereka yang kelaparan, sangat sedikit peluangnya mendapatkan makanan (karena miskin atau dalam keadaan tidak makan berhari-hari) akan didominasi kebutuhan ini dan tidak sempat memikirkan kebutuhan lainnya. Pada orang berkecukupan, yang mereka pikirkan bukan sekadar adanya makan, melainkan soal selera. Bila yang kesulitan mendapatkan makanan bertanya, “Hari ini bisa makan atau tidak”, yang berkecukupan, “Mau makan apa sekarang?”
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini meliputi keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, bebas dari ancaman (sakit, ketakutan, kecemasan, bahaya, dan keadaan chaos). Selain itu juga kebutuhan akan hukum, keteraturan, dan struktur. Berbeda dengan kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini tidak dapat terlalu dipuaskan: tidak ada orang merasa sangat aman.
Dalam situasi ketidakpastian, misalnya dalam situasi chaos saat kondisi politik memanas, saat ada isu tsunami, dsb, kita berusaha sebanyak mungkin memiliki jaminan, perlindungan, dan ketertiban. Pada anak-anak, kebutuhan rasa aman ini sangat tinggi karena mereka dapat merasa terancam oleh berbagai situasi lingkungan: ruang gelap, binatang, hukuman dari orangtua dan guru, dsb.
Orang dewasa yang neurotik juga relatif tinggi kebutuhannya akan rasa aman. Hal ini disebabkan ketakutan irasional yang dialaminya akibat rasa tidak aman yang dibawa sejak masa kecil. Ia sering mengalami perasaan dan bertindak seperti ketika ia mendapatkan situasi mengancam ketika masa kecil. Mereka menguras energi lebih banyak daripada orang lain yang berkepribadian sehat untuk melindungi dirinya. Hal ini dapat muncul dalam berbagai gejala.
Mereka yang sering terancam hukuman orangtua di masa kecil, lebih sering berusaha mencari rasa aman dengan berbohong, melakukan segala sesuatu dengan keteraturan yang berlebihan untuk menghindari celaan. Mereka yang saat kecil merasa terhina karena kemiskinan, terpacu berlebihan untuk mengumpulkan uang atau properti sebanyak-banyaknya. Bila usahanya kurang berhasil, mereka menderita kecemasan neurotik yang oleh Maslow disebut basic anxiety.
Pada orang berkepribadian sehat, yang berhasil mengatasi kecemasan masa kecil, kebutuhan rasa aman akan menguat dalam situasi khusus, seperti ketika terjadi bencana, sakit, perang, dsb. Dalam situasi yang mengancam seperti itu kebutuhan lain yang tingkatnya lebih tinggi kurang dirasakan
3. Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan persahabatan, memiliki pasangan dan anak, keanggotaan dalam keluarga, keanggotaan dalam kelompok tertentu, bertetangga, kewarganegaraan, dsb. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan akan aspek-aspek seksual dan kontak manusiawi sebagai wujud kebutuhan untuk saling memberi dan menerima cinta.
Mereka yang tidak pernah merasakan cinta, yang tak pernah mendapat ciuman atau pelukan, dalam jangka panjang tidak akan dapat mengekspresikan cinta. Mereka cenderung mendevaluasi cinta, menganggapnya tidak penting.
Mereka yang hanya sedikit mendapatkan cinta, dapat menjadi sangat sensitif terhadap penolakan dari orang lain. Mereka memiliki kebutuhan afeksi yang tinggi: berusaha mengejar cinta dan rasa memiliki melalui berbagai cara.
Di sisi lain, mereka yang terpuaskan kebutuhan cintanya menjadi lebih percaya diri. Bila mengalami penolakan oleh seseorang, ia tidak menjadi panik, yakin bahwa ia mendapatkannya dari orang yang penting bagi dirinya.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan penghargaan terhadap diri, keyakinan, kompetensi, dan pengetahuan bahwa orang lain mendukung dengan penghargaan yang tinggi. Menurut Maslow, kebutuhan akan penghargaan ini terdiri dari dua tingkatan: reputasi dan harga diri (self-esteem).
Reputasi adalah persepsi mengenai gengsi (prestige) atau pengakuan dari orang lain, sedangkan harga diri adalah perasaan seseorang bahwa dirinya berharga. Harga diri memiliki dasar yang berbeda dari gengsi; merefleksikan kebutuhan akan kekuatan untuk berprestasi, adekuat, penguasaan dan kompetensi bidang tertentu, yakin dalam menghadapi dunia sekelilingnya, serta kemandirian dan kebebasan. Dengan kata lain, harga diri bersandar pada kompetensi nyata, bukan sekadar pandangan orang lain.
Ada sebuah canda sehubungan dengan kebutuhan sampai tahap ini: manusia dibedakan dengan monyet dalam kebutuhan penghargaan ini. Monyet memiliki kebutuhan sama dengan manusia hingga tingkat tiga setengah, yakni kebutuhan akan gengsi. Namun, monyet tidak mungkin memiliki kebutuhan di atas level tiga setengah (kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri). Jadi, bila dalam kondisi normal seseorang masih dikejar oleh kebutuhan akan gengsi atau kebutuhan lain di bawahnya, ia tidak berbeda dengan monyet.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi seluruh potensi, dan kebutuhan untuk menjadi kreatif. Mereka yang telah mencapai level aktualisasi diri menjadi lebih manusiawi, lebih asli dalam mengekspresikan diri, tidak terpengaruh oleh budaya.
Menurut Fromm kepribadian sehat adalah Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely).
Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Fromm membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:
1. Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2. Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3. Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.
Fromm juga menyebutkan dan menjelaskan lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat dewasa ini, yakni:
1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)
2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)
3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)
6. Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
Fromm juga memngemukakan bahwa bila masyarakat berubah secara mendasar, sebagaimana terjadi ketika feodalisme berubah menjadi kapitalisme atau ketika sistem pabrik menggeser tenaga tukang, perubahan semacam itu akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam karakter sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang dengan masyarakat merupakan keprihatinan besar Fromm. Menurut Fromm ada validitas proposisi-proposisi berikut:
1) Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan,
2) Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3) Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan
4) Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Kemudian Fromm mengemukakan tentang masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan membinasakannya, dimana setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan konformitas, dimana terdapat suatu sistem orientasi dan devosi tanpa orang perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik. Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi mansiawi sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat.Yogyakarta: Kanisius.
Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo
RIEFA AMANDA PUTRI
10509254
Tidak ada komentar:
Posting Komentar